Delapan Tahun Bersama Kanker Chordoma





Delapan Tahun Bersama Kanker Kordoma


Sebelumnya tak pernah terbayangkan sama sekali kalau suatu saat aku akan menderita kanker. Hingga saat vonis itu jatuh delapan tahun yang lalu,dunia serasa runtuh memikirkan usiaku akan segera berakhir. Setiap hari kupandangi anak-anakku yang masih kecil-kecil dengan hati hancur. Membayangkan bagaimana bingungnya mereka saat ibunya tak lagi hadir di sisi mereka,tak terasa air mata sudah tumpah tanpa bisa dibendung. Mengapa harus aku? Mengapa harus aku? Apa salahku...?

Semua berawal dari rasa sakit yang menjalar di kaki kanan pasca suntik KB enam bulan setelah melahirkan anak pertama. Sebelumnya belum pernah sama sekali aku merasakan sakit seperti itu. Hampir tiga hari tiga malam aku menangis.Aku pikir itu hanya efek suntikan yang pastinya gak akan lama. Tapi ternyata tidak. Sejak saat itu sakitnya sering kambuh kadang sebulan sekali,kadang baru dua minggu sudah kambuh lagi. Aku tidak memeriksakannya ke dokter karena waktu itu masih tinggal bersama orangtua di gunung.Selain jauh dari rumah sakit,ekonomi kami saat itu juga sedang memprihatinkan karena sudah banyak biaya yang keluar untuk pengobatan adikku yang baru saja meninggal dunia. Dan statusku saat itu masih guru honorer,suami kerja serabutan. Hanya sekali ke dokter umum dan diberi obat.Dari Google aku tahu salah satu obat itu adalah anti nyeri. Akupun lantas membeli banyak di apotek untuk persediaan jika suatu saat kambuh.

Tak sampai dua tahun setelah kelahiran anak pertama,aku hamil lagi. Ternyata hormon kehamilan justru membuat kankerku kambuh semakin menyakitkan. Setiap hari tak terhitung parasetamol yang kutelan karena sebagai ASN,aku juga harus aktif melaksanakan tugasku. Setelah itu,Parasetamol kuganti Asam Mefenamat yang durasinya enam sampai tujuh jam. Capek kalau tiap tiga jam sekali minum obat. Apa tidak pengaruh ke janin? Jelas pengaruh. Efek samping obat anti nyeri itu menghambat penyaluran zat makanan di plasenta. Tapi kalau tidak minum,aku bisa kelojotan tak terkontrol yang bisa-bisa malah membahayakan kandunganku. Saat sakit tak tertahankan,sempat terpikir untuk menggugurkan.Alhamdulillah,niat itu tak sampai terealisasi.

Bayiku akhirnya lahir dengan selamat lewat operasi caesar. Sebelumnya kedua orangtua,mertua juga suami sudah sangat khawatir dengan kondisi bayi yang akan kulahirkan karena saat dikandungan terus-menerus diberondong obat. Haura,begitu kami memberinya nama. Waktu lahir begitu kecil mungkin karena kurangnya asupan gizi yang terhambat di plasentanya. Tapi kami semua bersyukur ia normal. Kata ibu,"gak papa lahir kecil,yang penting normal. Setelah lahir segera digencer gizi biar badannya cepat besar dan sehat."

Setelah melahirkan,rasa sakit itu berkurang seiring hilangnya hormon kehamilan.Tapi walau bagaimanapun,penyakit yang saat itu masih misteri bagi kami itu tetap belum hilang. Tumbuh berlahan-lahan dengan pola kambuh seperti saat belum hamil.

Karena sudah pindah ke kota,suamipun mengajakku periksa ke dokter Syaraf. Lewat beberapa ketukan di lutut,dokter itu tahu ada yang tidak beres dengan tulang belakangku. Setelahnya aku disuruh fisiotherapi rutin di rumah sakit. Herannya,bukannya mereda malah semakin sering kambuh padahal pasien lain yang terindikasi kecetit mengaku merasa enteng setelah terapi.

Sebuah surat rujukan mengantarkanku ke rumah sakit provinsi untuk foto MRI. Ya Allah,di foto itu jelas sekali terlihat ada bulatan besar menempel di tulang belakang bagian sacrum. Para pegawai MRI sampai tercengang dan menanyaiku selama ini apa yang aku rasakan. Diagnosa dokter mengatakan aku menderita kanker tulang yang sangat langka. Chordoma namanya.Pantas saja setiap difisiotherapi bukannya mereda malah memberat,ternyata kanker dn tumor tidak boleh disentuh atau terkena panas. Perlakuan itu justru seperti merangsang pertumbuhannya.


Tigahari setelah MRI,aku masuk ruang operasi di klinik Merpati,Madiun. Dokternya baik sekali. Kami sangat berhutang budi padanya. Semoga beliau dan keluarganya selalu dalam perlindungan Allah swt.

Operasi pulih,tindakan selanjutnya adalah Radiotherapi untuk membunuh sisa-sisa sel yang kemungkinan tertinggal. Tigapuluh hari mondar-mandir Ngawi-Solo sendirian untuk melakukan sinar,alhamdulillah masih diberi kekuatan untuk menjalaninya. Aku bukan jenis perempuan cengeng yang selalu minta didampingi.Selama aku mampu melakukan sendiri,maka aku malas merepotkan orang lain. Apalagi suami selain sudah sibuk mencari nafkah,juga repot ngurus anak di rumah plus mondar mandir antar jemput si kakak yang sudah masuk TK.

Tiga bulan berlalu pasca radiotherapi,sakitku muncul lagi. Foto MRI lagi dan ternyata kanker itu sudah tumbuh lagi dengan pola memanjang. Maka,kamipun boyongan lagi ke Madiun untuk operasi kedua.Operasi lancar,namun setelah pulang dari rumah sakit,dalam masa pemulihan itu aku justru terserang gejala types. Entah bagaimana kejadiannya,luka operasiku bukannya menutup malah bernanah. Cairan otak terus mengalir keluar. Akhirnya aku dirujuk ke RSAL.dr.Ramelan Surabaya karena di sana tersedia alat radiotherapi yang lebih canggih dari yang sebelumnya.

Masuk RSAL,hari itu juga aku diharuskan segera masuk ruang operasi. Suami yang kelabakan karena sama sekali tidak persiapan apapun. Akhirnya adikku datang bersama suaminya menungguiku sementara suami pulang ke Ngawi untuk mengambil segala keperluan yang kami butuhkan selama seminggu di RS nantinya.

Alhamdulillah operasi lancar. Meski setelahnya aku belum bisa buang air kecil secara normal. Ada syaraf-syaraf yang terdampak dari proses operasi tersebut sehingga meskipun aku sudah bekerja kembali bahkan ikut diklat sertifikasi di Malang,tanpa sepengetahuan orang aku masih mengenakan kateter. Efek obat anti nyeri juga sering membuatku tertidur di ruang diklat hingga ditegur Dosen. Mereka tidak tahu dan aku juga tidak harus memberitahu mereka. Kalaupun kuberitahu juga gak akan menyelesaiakan masalahku kan?


Seminggu setelah diklat,aku mendapat panggilan radiotherapi di RSAL. Satu setengah bulan aku kost di rumah penduduk belakang rumah sakit karena proses terapi itu harus dilakukan setiap hari kecuali hari minggu.

Tujuh tahun telah berlalu.Aku sudah aktif mengajar dan beraktifitas meski kadang terseok-seok. Walau bagaimanapun,kondisi tulang belakangku tak lagi normal. Tiga kali operasi,tiga kali pula dokter mengerok tulangku untuk membersihkan sisa-sisa akar kanker yang kemungkinan tertinggal. Bayangan betapa rempongnya saat-saat itu menjadi kenangan yang melelahkan kalau diingat.

Benjolan itu saat ini masih tumbuh di tulang sacrumku. Aku bisa merasakannya hanya lewat rabaan jari. Sepertinya,saat operasi dulu ada beberapa syaraf yang terputus atau mungkin sengaja diputus dokter untuk mengurangi penderitaanku. Jadi meski saat ini benjolan itu teraba lebih besar,aku tidak sampai kelojotan seperti dahulu. Hanya saja kedua kakiku kesemutan sepanjang hari dan agak mati rasa. Obat anti nyeri masih aku konsumsi hingga kini terutama saat sakitnya sudah tak tertahankan dan menghambat aktifitas mengajarku.

Sebenarnya keluarga dan teman-teman sudah menyarankanku untuk kontrol lagi karena sudah lima tahun aku tidak kontrol sama sekali. Aku malas membayangkan perjalanan ke Surabaya,antri loket menunggu dipanggil dokter,dan yang lebih menakutkan lagi aku tahu,setelah kontrol, vonis dokter pasti disuruh operasi lagi. Aku ngeri mambayangkan tulangku dikerok lagi,proses pemulihan yang lama dan bolak-balik kontrol pasca operasi ke Surabaya. Sebenarnya yang paling menakutkan dari kanker bukan kankernya tapi proses pengobatannya.

Tak terhitung pengobatan alternatif yang kudatangi asalkan tidak berbau syirik,aja. Obat herbal dari yang kapsul,tetes sampai rebusanpun entah habis berapa. Kadanga ntara sarapan sama obatnya sampai banyak obatnya. Alih-alih sembuh,aku justru merasa dikerjai para pedagang obat herbal pemula yang hanya bermodal testimoni di selembar pamflet. Ada sesama pasien yang bercerita,dia sudah menghabiskan biaya sekitar seratus delapanpuluh juta untuk pengobatan alternatif,ujung-ujungnya operasi juga. Hanya dengan biaya enambelas juta waktu itu beliau sehat hingga sekarang. Bukan berarti herbal tidak baik. Tapi jika sudah jelas terindikasi kanker,sebaiknya tetap ke medis dan berdoa,karena doa adalah senjata kaum muslim. Obat herbal menurutku bagus untuk pencegahan. Karena meski herbal,jika over dosis tetap membahayakan ginjal.

Bismillah,saat ini aku hanya ingin menjalani hidup apa adanya. Menerima takdir yang Allah berikan padaku. Berusaha untuk selalu bahagia dan berdoa semoga suatu saat akan ada keajaiban. Kalaupun tidak semoga Allah memberikan yang terbaik untuk kami:aku,suami dan anak-anakku.

Seginipun aku sudah merasa beruntung mengingat teman-teman seangkatan yang saat itu menjalani radiotherapi bersama-sama baik di Solo maupun di surabaya sudah tidak ada yang bisa dihubungi lagi. Padahal sepulang dari radiotherapi,kami masih sering berhubungan lewat handpond untuk sekedar bertukar kabar,curhat dan saling menguatkan. Satu persatu mereka mengabari bu ini sudah meninggal,mbak itu sudah meninggal,mas itu sudah seratus harinya. Dan jika saat ini aku masih diberi kesempatan bernafas,memeluk anak-anakku dan rock n rool setiap hari mulai dari nginem,dinas sampai antar jemput mereka sekolah,ekstrakurikuler dan bimbel,apa ini bukan keajaiban juga?
 

Ada hal yang tak bisa kulupakan saat aku sakit. Dua orang teman yang tidak saling mengenal mengajakku berobat alternatif. Aku tidak mengiyakan ajakan mereka karena cara pengobatannya yang mengerikan,salah satunya dengan memindahkan penyakitku ke binatang lain. Prinsipku aku lebih ikhlas mati saat itu juga asal masih dalam keimanan daripada dinyatakan sembuh dengan cara syirik.Sembuh hanyalah mati yang tertunda. Karena suatu saat semua manusia pasti mati. Meski setiap hari menghadapi sindiran dan kata-kata sinis dari mereka,aku tetap tak bergeming. Qodarullah, tak sampai satu tahun,mbak itu meninggal dunia karena kecelakaan dan beberapa bulan kemudian mas yang mengajakku ke dukun dan mengaku berhasil sembuh itu juga meninggal karena serangan jantung. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa mereka.


Ada banyak hikmah saat kita mendapat cobaan besar.
1. Cobaan kesabaran
2. Lebih banyak mendekat kepada Allah
3. Tambah ilmu karena setiap even lantas kepo lanjut berguru ke mbah Google,hehe...
4. Lebih mudah bersyukur. Setelah pulih dari masa kritis, serumpun rumput liar di pinggir jalan yang tertimpa cahaya mataharipun, terlihat begitu indah luar biasa.



Komentar

  1. Wah ini kisah nyata mbak. Salut mbak. Semoga Tuhan memberikan jalan kesembuhan.

    BalasHapus
  2. Masyaallah, saya speechless bacanya. Tetap sabar dan semangat terus, ya, Mbak. Positif thingking dan sugesti pikiran dan hati kalau mbak pasti sembuh! :)

    BalasHapus
  3. MasyaAllah.....sampai terlarut dan tidak bisa berkata-kata membaca tulisannya mbak yang tetap semangat mencari kesembuhan yang tidak menyimpang dengan ajaran Islam. kalau boleh menyarankan, mbak bisa melihat siraman Qolbu ustad Danu di MNC TV setiap jam 05.00 WIB, semoga menjadi pembuka jalan menuju kesembuhan buat mbak.

    BalasHapus
  4. I really love your story,, wanita tangguh saya kaya kna getok dr cerita mb,, yg klo sakit suka mewekan,, smoga Allah memberi kesembuhan kpd mb Aamiin

    BalasHapus
  5. Duh..sedih mba bacanya, hebat mba... salut dengan orang-orang seperti mba...

    BalasHapus
  6. Masyaa Allah mbakkk 😘
    Semoga selalu sehat, kuat & Allah berikan umur panjang yg barokah ya. Aamiin Ya Robb 💖

    BalasHapus
  7. Semoga Allah beri usia lebih yaa mb..menikmati masa-masa indah bersama keluarga. Aamin..

    BalasHapus
  8. Semoga bisa sembuh mbak. ..Dan bahagia bersama keluarga tercinta. Usia rahasiaNYA

    BalasHapus
  9. Semangat terus, Mbak :* Ngerumpi sama kami2 ajah, biar tambah bahagia hehe

    BalasHapus
  10. tertegun bacanya, baru tau istilah chordoma, Semoga senantiasa sehat ya bun. salam kenal

    BalasHapus
  11. Semoga cepet sembuh ya,Mba. Baru tau tapi gejalanya cuma itu ya.

    BalasHapus
  12. Semoga Allah segera memberi kesembuhan dan menudahkan senua urusanmu, Mbak....

    BalasHapus
  13. Terimakasih mbak-mbak hebat yang sudah mampir di blog saya. Terimakasi juga atas suport dan doanya untuk saya sekeluarga. Semoga kebaikan dan keberkahan juga senantiasa terlimpah pada keluarga mbak-mbak semuanya. Insyaallah saya kuat

    BalasHapus
  14. Masyaallah, semoga Allah selalu melindungi dan mengangkat semua sakitnya,Mba. Speechless. Peluk dari jauh.

    BalasHapus
  15. ka..boleh tau akun sosmedny..? saya ingin bertanya lebih lanjut tentang chordoma

    BalasHapus
  16. Semoga diangkat penyakitnya ya buu ... Peluukk ... Syafakillahu, thohuurun insyaAllah.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer